NO.
|
ASPEK
|
PENELITIAN
KUANTITATIF
|
PENELITIAN
KUALITATIF
|
1
|
Maksud penelitian
|
Membuat deskripsi objektif tentang fenomena yang terbatas
dan menentukan apakah fenomena tersebut dapat dikontrol melalui beberapa
intervensi.
|
Maksud penelitian mengembangkan pengertian
tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang relevan.
|
2
|
Tujuan
penelitian
|
Bertujuan
untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori, dan mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
|
Bertujuan
untuk menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif, menemukan teori baru,
menggambarkan realitas yang kompleks, dan memperoleh pemahaman makna.
|
3
|
Pendekatan penelitian
|
Menjelaskan penyebab fenomena sosial melalui pengukuran
objektif dan analisis numerik.
|
Berasumsi bahwa subjek matter suatu ilmu sosial adalah
amat berbeda dengan subjek matter dari ilmu fisik/ alamiah dan
mempersyaratkan tujuan yang berbeda untuk inkuiri dan seperangkat metode
penyelidikan yang berbeda. Induktif berisi nilai (subjektif), holistik dan
berorientasi proses.
|
4
|
Asumsi
penelitian
|
Berasumsi bahwa tujuan dan metode ilmuan sosial adalah
sama dengan ilmu fisik/ alamiah dengan jalan mencari teori yang dites atau
dikonfirmasikan yang menjelaskan fenomena. Deduktif, bebas-nilai (objektif),
terfokus, dan berorientasi tujuan.
|
Perilaku terikat konteks dimana hal itu terjadi dan kenyataan
sosial tidak direduksi menjadi variabel-variabel sama dengan kenyataan fisik.
Berupaya mencari pemahaman tentang kenyataan dari segi perspektif orang
dalam, menerima subjektivitas dari peneliti dan pemeran-serta.
|
5
|
Model
penjelasan
|
Penemuan fakta sosial tidak berasal dari persepsi
subjektif dan terpisah dari konteks.
|
Upaya generalisasi tidak dikenal karena perilaku manusia
selalu terikat konteks dan harus diinterpretasikan kasus per kasus.
|
6
|
Nilai
|
Bergantung pada model penjelasan hipotetiko deduktif
dengan memulai dari teori, dari mana hipotesis ditarik dan di tes dengan
menggunakan prosedur yang ditentukan terlebih dahulu.
|
Berargumentasi bahwa peneliti
senantiasa terikat nilai dan peneliti harus eksplisit tentang peranan bahwa
nilai memegang peranan dalam sesuatu pilihan inheren dalam:
a) masalah yang harus diselidiki,
b) metode yang harus diselidiki, c) cara menginterpretasi, d) konteks dimana
studi itu berada.
|
7
|
Alasan
penelitian
|
Menerima nilai peneliti dapat berperan dalam permasalahan
yang sedang diteliti, tetapi penelitian itu sendiri harus bebas nilai dengan
prosedur khusus yang dirancang untuk mengisolasikan dan mengeluarkan
unsur-unsur subjektif dan mencari kenyataan objektif.
|
Induktif, melakukan pengamatan dan menarik kesimpulan.
|
8
|
Generalisasi
|
Deduktif- diduksi dari teori tentang apa yang akan diamati.
|
Berasumsi bahwa setiap individu , budaya, latar adalah
unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan, generalisasi bergantung pada
konteks.
|
9
|
Hubungan
peneliti dengan subjek
|
Bersifat independen, agar terbangun objektivitas dari
peneliti.
|
Bersifat interaktif dengan sumber data yang valid, agar
data yang dianalisis memperoleh makna.
|
10
|
Nilai
orientasi
|
Tujuan penelitian adalah objektivitas, berusaha memelihara
pandangan pribadi, kepercayaan dari pengaruh pengumpulan data dan analisis
proses. Melibatkan interaksi minimal dan jika interaksi diperlukan
(wawancara) lalu berusaha membakukan proses.
|
Mempercayai bahwa seluruh kegiatan penelitian terikat
nilai. Tidak menghindari isu nilai, nilai pribadi dinyatakan secara terbuka
dan mencoba memperagakan nilai yang terikat pada konteks.
|
11
|
Studi
tentang konteks
|
Berupaya agar nilai pribadi bebas dari pengaruh desain
penelitian dan menghindari usaha membuat keputusan nilai tentang hal-hal yang
diteliti.
|
Berupaya memahami fenomena yang kompleks dengan jalan
mengujinya dalam keseluruhannya dalam konteks. Belum mengetahui apa yang
difokus sampai studi itu sudah berlangsung, mengidentifikasikan tema yang
relevan dan pola-pola (yang muncul) yang kemudian menjadi fokus studi.
|
12
|
Desain
|
Ditentukan secara mantap sejak awal, spesifik, jelas dan
terperinci, serta menjadi pegangan tahap selanjutnya.
|
Lebih fleksibel, dapat berkembang dan muncul dalam proses
penelitian, bersifat umum.
|
13
|
Metode
|
Terstruktur, formal, ditentukan terlebih dahulu, tidak
luwes, dijabarkan secara rinci terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan
dapat diteliti, konteks situasi diabaikan atau dikontrol. Data dikumpulkan
dalam beberapa interval dan memfokus pada pengukuran yang tepat.
|
Historical, etnografis, dan studi kasus. Intervensi dan
berupaya agar gangguan sesedikit mungkin.
|
14
|
Hipotesis
|
Deskriptif, korelasional,
perbandingan kausal, dan eksperimen.
Hipotesa dalam pendekatan
kualitatif adalah hipotesis uji. Satu kali sebuah hipotesa itu dibuat, maka tidak dapat lagi diubah.
|
Cenderung untuk mencari dan
menemukan serta menyimpulkan hipotesis, hipotesis dilihat sebagai sesuatu
yang tentatif, berkembang, dan didasarkan pada suatu studi tertentu.
Hipotesa dalam pendekatan
kualitatif adalah hipotesis kerja.
|
15
|
Pengukuran
|
Hampir selalu mengetes hipotesis. Hipotesis dilihat
sebagai sesuatu yang khusus, dapat dites, dan dinyatakan sebelum sesuatu
studi dilakukan.
|
Prosedur sedikit subjektif, peneliti memiliki kemampuan
untuk mengamati dan berinteraksi dengan manusia lainnya dan dengan
lingkungan, percaya bahwa kemampuan manusia diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang rumit dan terhadap dunia yang sangat bervariasi dan yang selalu
berubah.
|
16
|
Review
Kepustakaan
|
Cenderung memiliki tujuan pengukuran yang objektivitas,
memberi makna pada scoring dan pengumpulan data tidak dipengaruhi oleh
nilai-nilai peneliti, ‘bias’ dan persepsi, banyak bergantung pada tes, skala
dan kuesioner terstruktur yang dapat diadministrasikan pada kondisi baku
terhadap seluruh individu dalam sampel dan prosedur untuk scoring data
dirinci secara tepat untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya bahwa setiap
dua skor memperoleh hasil yang sama. Akhirnya, baku dan numerical.
|
Cenderung terbatas, sebagai acuan teori, dan tidak mempengaruhi
studi. Tidak dilakukan untuk mengkaji teori karena dengan cara ini bukan
dengan cara ini bukan mengkaji teori tetapi menemukan teori dari data.
|
17
|
Latar
Penelitian
|
Ekstensif, yang dengan hal itu mempengaruhi studi.
Pengkajian teori diperlukan untuk menemukan konsep, variabel, dan menata
penelitian hipotesis.
|
Naturalistic (sebagaimana adanya) sejauh mungkin.
|
18
|
Sampling
|
Sejauh mungkin dikontrol sampling teoritis dan sampling
sebanyak mungkin digunakan sebagai mempertimbangkan
|
Bertujuan: dimaksudkan untuk memilih sejumlah kecil, dan
tidak harus representative, sampel dimaksudkan untuk mengarah kepada
pemahaman secara mendalam.
|
19
|
Sumber
data
|
Data diperoleh dari hasil pengukuran variabel yang
dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen.
|
Data diperoleh dari hasil dokumen pribadi, catatan
lapangan, ucapan dan tindakan responden, video tape, dan transkrip.
|
20
|
Teknik
pengumpulan data
|
Melalui kuesioner, observasi dan wawancara terstruktur.
|
Melalui wawancara tidak terstruktur dan informal,
dokumentasi, triangulasi, pengamatan partisipan.
|
21
|
Subjek
|
Pengamatan terstruktur yang
partisipan, wawancara semi terstruktur dan formal, administrasi tes dan kuesioner,
eksperimen, penelitian survei, eksperimen- kuasai. Subjek penelitian berjumlah
besar, pemilihan secara acak.
|
Jumlah subjek penelitian kecil teknik sampling bertujuan.
|
22
|
Analisis
data
|
Deduktif, secara statistik teritama menghasilkan data numerik yang
biasanya dianalisis secara statistick Data kasar terdiri dari bilangan dan
analisis dilakukan pada akhir penelitian.
|
Induktif, model-model, teori-teori, konsep, metode
perbandingan tetap. Basanya data dianalisis secara deskriptif yang sebagaian
besar berasal dari wawancara dan catatan pengamatan, catatan dianalisis untuk
memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan
contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen, koding
data dan analisis verbal.
|
23
|
Interpretasi
Data
|
Kesimpulan dan generalisasi diformulasikan pada akhir
penelitian, dinyatakan dengan derajat kepercayaan tertentu yang ditentukan
terlebih dahulu.
|
Kesimpulan adalah tentative, direview atas dasar sesuatu
yang masih berlangsung, sedang generalisasi diabaikan.
|
24
|
Kriteria
|
Validitas interval bagaimana kebenaran ditemukan.
Validitas eksternal bagaimana penerapan temuan- temuan pada latar lainnya.
Objektivitas bagaimana seharusnya kita dapat diyakinkan bahwa temuan-temuan
adalah reflektif dari subjek daripada hasil dari ‘biases’ para peneliti.
|
Krediblitas penelitian dilakukan sedemikian rupa untuk
memastikan bahwa subjek itu secara secukupnya diperoleh itu secara secukupnya
diperoleh dan diuraikan. Keteralihan-beban untuk memaparkan penerapan
temuan-temuan pada latar lainnya tergantung pada peneliti yang harus
mengadakan ‘uraian rinci’ tentang keadaan latar untuk keperluan penerapan.
|
25
|
Frasa
Kunci
|
Eksperimental, data numerik, empirik, dan statistical.
|
Deskriptif, naturalistik, dan berorientasi kata.
|
26
|
Konsep
Kunci
|
Reliabilitas, variabel, operasionalisasi, hipotesis,
validitas, statistikal, signifikasi, replikasi.
|
Bermakna, pemahaman awam, proses, dibangun secara social,
tema, keabsahan data.
|
27
|
Instrumen
Penelitian
|
Melalui inventori, kuesioner, skala, angket, skor tes, indikator,
wawancara terstruktur.
|
Peneliti adalah instrumen itu sendiri, tape recorder,
catatan lapangan, rekaman, kamera, handycam, dan sebagainya.
|
28
|
Masalah
|
Selalu mengutamakan mengontrol variabel, validitas.
|
Cenderung memakan waktu, prosedur tindakan baku,
reliabilitas- keabsahan data.
|
29
|
Sasaran penelitian
|
Gejala- gejala yang diperlakukan sebagai satuan- satuan
individu yang secara keseluruhan merupakan sebuah atau universe.
|
Gejala- gejala sebagai saling terkait satu sama lainnya
dalam hubungan fungsional dan yang keseluruhannya merupakan sebuah satuan
yang bulat dan menyeluruh dan holistik.
|
30
|
Teori yang dihasilkan
|
Berupa kecenderungan- kecenderungan yang hakekat hubungan
antara variabel- variabel yang tercakup dalam masalah penelitian yang dikaji.
|
Hakiki dari hubungan- hubungan di antara konsep- konsep
atau gejala- gejala yang menjadi masalah penelitian yang dikaji.
|
31
|
Sifat penelitian
|
Bersifat
behavioristic-mekanistik-empiristik.
|
Kebenaran
bersifat relatif, tafsiriah dan interpretatif.
|
32
|
Hubungan variabel
|
Bersifat
kausal atau sebab akibat.
|
Bersifat timbal
balik atau interaktif.
|
33
|
Segi kesimpulan
|
Penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh
peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik.
|
Penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti
melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian.
|
Mimpi itu milik semua orang. Bermimpilah setinggi mungkin, dan raih semua mimpimu itu. Semangat :)
Sabtu, 28 Desember 2013
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
UTS Pengembangan Konsep Dasar IPA
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KONSEP
DASAR IPA
1. Mengapa makhluk hidup perlu
beradaptasi? Apa kaitannya dengan munculnya berbagai jenis makhluk hidup?
→ Kelangsungan
hidup makhluk hidup didukung atau dipengaruhi oleh 3 peristiwa yaitu adaptasi,
seleksi alam, dan perkembangbiakan. Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan
lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup (survive). Ditandai dengan berbagai kemampuan, antara lain
memperoleh makanan (air, udara, nutrisi), mengatasi kondisi fisik lingkungan
sekitar (temperatur, cahaya, panas), mempertahankan hidup dari musuh alami,
bereproduksi dan merespon perubahan yang terjadi disekitarnya.
Makhluk hidup harus mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, adaptasi diperlukan karena dengan
demikian makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Makhluk
hidup perlu beradaptasi karena untuk kelangsungan dan mempertahankan hidupnya.
Bagi yang mampu beradaptasi, maka makhluk hidup tersebut dapat bertahan hidup
dan bilamana tidak mampu maka maka makhluk hidup tersebut mengalami kepunahan
atau kelangkaan jenis karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
→
Setiap makhluk hidup memiliki cara yang berbeda- beda untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya atau dikenal dengan istilah beradaptasi. Kemampuan makhluk
hidup untuk beradaptasi yang berbeda- beda ini menyebabkan munculnya berbagai
jenis makhluk hidup. Contohnya saja perbedaan cara beradaptasi dalam hal
memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh oleh seekor burung mempengaruhi
bentuk paruhnya, hal ini disebut sebagai adaptasi morfologi. Kemampuan makhluk
hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga mempengaruhi bentuk
fisik dari makhluk hidup, hal ini dikarenakan setiap makhluk hidup memiliki
cara untuk beradaptasi dengan cara yang berbeda- beda. Selain itu kemampuan
makhluk hidup untuk merubah tingkah lakunya juga termasuk cara beradaptasi dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Cara
beradaptasi yang dilakukan makhluk hidup tersebut menyebabkan munculnya
berbagai jenis makhluk hidup. Walaupun merupakan satu spesies yang sama, tetapi
makhluk hidup dapat terdiri dari berbagai jenis. Hal itu dikarenakan oleh cara
beradaptasi yang beraneka ragam antara spesies yang satu dengan spesies yang
lain.
Dari
pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa cara beradaptasi yang berbeda dapat
memunculkan berbagai jenis makhluk hidup. Adaptasi tersebut terdiri dari:
a.
Adaptasi
Morfologi
Adaptasi morfologi adalah
penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang berlangsung
sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali dan
mudah diamati karena tampak dari luar.
Contoh: aneka jenis paruh dan kaki
burung, beragam tipe mulut serangga, aneka ragam jenis akar, batang dan daun
pada tanaman.
Adaptasi
morfologi pada hewan
1. Burung
Burung memiliki bentuk kaki yang
berbeda-beda disesuaikan dengan tempat hidupnya dan jenis mangsa yang
dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk paruh burung juga beraneka
ragam.
2. Serangga
Untuk memperoleh
makanannya, serangga memiliki cara tersendiri. Salah satu bentuk penyesuaian
dirinya adalah bentuk mulut yang bebeda- beda sesuai dengan jenis makanannya.
Bedasarkan jenis makanan yang dimakannya, jenis mulut serangga dibedakan
menjadi empat, yaitu mulut pengisap, mulut penusuk, mulut penjilat, dan mulut
penyerap.
3. Unta
Unta hidup di daerah padang pasir
yang kering dan gersang. Oleh karena itu bentuk tubuhnya disesuaikan dengan
keadaan lingkungan padang pasir. Bentuk penyesuaian diri unta adalah adanya
tempat penyimpanan air di dalam tubuhnya dan memiliki punuk sebagai penyimpan
lemak. Hal inilah yang menyebabkan unta dapat bertahan hidup tanpa minum air dalam
waktu yang lama.
4. Bentuk
Gigi secara khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan
daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap
mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk
mencabik-cabik mangsanya.
Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Berdasarkan tempat hidupnya,
tumbuhan dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Xerofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang kering, contohnya kaktus. Cara
adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun berukuran kecil atau bahkan tidak
berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi lapisan lilin yang
tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan sangat luas.
2. Hidrofit, yaitu tumbuhan yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan berair, contohnya teratai. Cara adaptasi
hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis, serta mempunyai banyak
stomata. Batangnya berongga berisi udara sehingga bias
mengapung.
3. Higrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan
diri dengan lingkungan lembap, contohnya tumbuhan paku dan lumut.
4. Daun, tumbuhan insektivora (tumbuhan
pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk
piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan
serangga yang hinggap.
5. Bunga, bentuk
bunga tumbuhan juga dapat dianggap sebagai adaptasi morfologi. Bentuk
bunga ini berkaitan dengan cara penyerbukannya. Tumbuhan yang
penyerbukannya dibantu serangga umumnya memiliki warna perhiasan bunga yang
menarik.
6. Akar, akar tumbuhan gurun kuat dan
panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah.
Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.
b.
Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi Fisiologi adalah
penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja organ bisa bertahan
hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh, sehingga sulit untuk diamati.
Beberapa contoh adaptasi
fisiologi:
Adaptasi Fisiologi pada Manusia
1. Jumlah sel darah merah orang yang
tinggal di pegunungan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tinggal
di pantai/dataran rendah.
2.
Ukuran
jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang kebanyakan.
3.
Pada
saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air seni).
Adaptasi Fisiologi pada Hewan
Berdasarkan jenis makanannya, hewan
dapat dibedakan menjadi karnivora (pemakan daging), herbivora (pemakan
tumbuhan), serta omnivora (pemakan daging dan turnbuhan). Penyesuaian
hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya antara lain terdapat pada ukuran
(panjang) usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang
umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbivora lebih
panjang daripada usus karnivora.
1. Hewan herbivora memiliki enzim
selulase untuk mencerna zat selulosa dalam makanannya.
2. Rayap memiliki enzim selulase yang
dihasilkan oleh flagellata dalam ususnya untuk mencerna zat selulosa makanannya
yang berasal dari kayu.
3. Cumi-cumi
menghasilkan zat seperti tinta untuk mengelabuhi pemangsanya
4. Ikan
air tawar akan menghasilkan urine lebih banyak dan encer dibanding ikan air
laut yang menghasilkan urine yang lebih sedikit dan pekat.
5.
Onta yang punya kantung air di punuknya
untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu
yang lama.
6.
Anjing laut yang memiliki lapisan lemak
yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan
1. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu
oleh serangga mempunyai bunga yang berbau khas dengan corolla menyolok.
2. Tumbuhan tertentu menghasilkan zat
khusus yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi diri
terhadap herbivor. Misalnya. semak azalea di Jepang menghasilkan bahan kimia
beracun sehingga
3. Rusa tidak memakan daunnya.
c.
Adaptasi
Tingkah Laku
Merupakan penyesuaian makhluk hidup
dengan mengubah tingkah laku untuk kelangsungan hidupnya.
Adaptasi Tingkah laku pada Hewan :
- Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna
kulit pada binatang seperti misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai
warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa
sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat
dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika
dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan
lain sebagainya.
- Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan
hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya
(dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang
pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena
selama masa itu binatang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang
rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain.
Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati.
Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura,
dan lain-lain.
- Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan
hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu
pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika
merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari
sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup
menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus,
sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
- Estivasi
Estivasi adalah menonaktivkan diri
(dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat. Bedanya dengan
hibernasi adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan suhu
udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur
kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada
tumbuhan estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengna meranggas atau
menggugurkan daun.
- Simbiosis Rayap dan Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk
hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap.
Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam
tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan
jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas
ganti kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan
kulit yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus
pencernaannya.
- Pernapasan Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip
ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi dengan oksigen
dari permukaan laut minimal setiap setangah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk
ke permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur
yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
- Kerbau berkubang di lumpur untuk melindungi kulitnya yang gelap dari panas.
- Trenggiling akan menggulungkan badannya jika disentuh.
- Cumi-cumi mengeluarkan tinta/cairan hitam ketika ada bahaya yang mengancamnya.
- Walang sangit mensekresikan bau untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
- Kalajengking melindungi dirinya dari musuh dengan menggunakan sengatnya yang mengandung racun yang dapat membunuh musuhnya.
- Tupai Virginia berpura-pura tidur atau mati, hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
- Siput, kura-kura, dan penyu melindungi diri dari musuhnya dengan cara memasukkan tubuhnya kedalam cangkang.
- Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut.
Adaptasi Tingkah laku pada tumbuhan
:
- Pada saat lingkungan dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku jahe-jahean akan mematikan sebagian tubuhnya yang tumbuh di permukaan tanah.
- Pada musim kemarau tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu, menggugurkan daunnya ini dilakukan untuk mengurangi evaporasi , transpirasi air pada tubuhnya dengan mengurangi semaksimal mungkin permukaan efektif tubuhnya.
Langganan:
Komentar (Atom)